MEDIA BK
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Media BK yang
diampu oleh : Abdul Basith,M.Pd.
Disusun
Oleh :
Siska
Pebrianti NIM : 11308501150016
Sri
Mulyani
NIM : 11308501150017
Wiwit
Hayu Ningrum NIM : 11308501150021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
( STKIP ) SINGKAWANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Kasih dan juga
Rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi
pembelajaran mata kuliah “Media BK”. Melalui makalah ini kami mencoba
memberikan penjelasan mengenai “Media BK”. Terima kasih kepada Bapak Abdul
Basith, M.Pd, sebagai Dosen Mata Kuliah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan kami, makalah yang kami susun ini
belum lah sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Singkawang, September 2016
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Bimbingan
konseling merupakan pelajaran yang sama pentingnya dengan pelajaran lain
sehingga keberadaannya disekolah sangat dibutuhkan. Dalam pelajaran ini juga
dibutuhkan media pendukung pembelajaran. Dengan mengetahui dan mempelajari
media-media yang dibutuhkan disekolah maka kita dapat mengetahui
kebutuhan-kebutuahn media apa saja yang diperlukan guru dan siswa.
Penulis
mencoba menjabarkan apa definisi media dalam bimbingan dan konseling, manfaat
penggunaan media tersebut, dan mengidentifikasikan kebutuhan dilapangan baik
dari siswa maupun dari program bimbingan dan konseling. Dengan ini kami
mengobservasi salah satu SMP yang ada dikota singkawang yaitu SMPN 7
Singkawang. Untuk mengetahinya akan dijelaskan di bab selanjutnya.
- Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari media dalam bimbingan
dan konseling?
2.
Apa manfaat penggunaan media dalam
kegiatan bimbingan dan konseling?
3.
apa saja macam-macam media dalam bimbingan
dan konseling?
4.
Apa urgensi penggembangan media dalam
bimbingan dan konseling?
- Tujuan Penulisan
1.
Untuk mngetahui definisi dari media dalam
bimbingan dan konseling.
2.
Untuk mngetahui manfaat penggunaan media
dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
3.
Untuk mngetahui macam-macam media dalam
bimbingan dan konseling.
4.
Untuk mngetahui urgensi penggembangan
media dalam bimbingan dan konseling.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Definisi
Media dalam Bimbingan dan Konseling
Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2005) Media adalah:”
segala sesuatu yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya
pikir, perasaan, perhatian dan kemampuan anak sehingga ia mampu mendorong
terjadinya proses belajar mengajar pada anak”. Pengertian media menurut
Masitoh, dkk (2006). adalah :” peralatan yang dapat mendukung anak secara
komprehensip yang meliputi perkembangan fisik, motorik, sosial, emosi,
kognitif, kreatifitas dan bahasa”. Sementara itu Badru Zaman (2005)
mendifinisikan media:“ sebagai wahana dari pesan yang oleh sumber pesan (guru)
ingin diteruskan kepada penerima pesan (anak)”.
Pengertian media dalam bimbingan konseling sebagai hal
yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor)
melaksanakan program BK. Namun dalam perkembanganya Media BK tidak sebatas
untuk perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program
BK tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat
digunakan dalam melaksanakan program BK (Diklat profesi guru, PSG Rayon 15,
2008). misalnya konselor ketika melaksanakan konseling individu memerlukan
ruang konseling, meja kursi, alat perekam/pencatat. ketika konselor pada akhir
minggu/bulan/semester/tahun akan melaporkan kegiatan kepada Kepala Sekolah
memerlukan media.
Sebagaimana dituliskan Deviarimariani pada situsnya
Penerapan Teknologi Informasi Konseling, Gagne menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Lebih lanjut, Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Definisi
tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah
segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
B. Manfaat
Penggunaan Media dalam Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Pada zaman sekarang tekhnologi sudah semakin berkembang,dan
saat ini kita seperti hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh aktivitas
tergantung pada canggihnya teknologi pada saat ini ,terutama teknologi
komunikasi. Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah
mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan
pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat
atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam
konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Komputer merupakan salah satu media yang dapat
dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan
bahwa penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa
dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan pilihan
karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka internet, maka siswa
akan dapat melihat banyak informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan
pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Data-data yang didapat melalui internet, dapat
dianggap sebagai data yang dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pelling
2002;). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang
sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data
yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi.
Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet
tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak
sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program
studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing
program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu
dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan
konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di
internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu
saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa.
Penggunaan
komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa
keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
1. Akan
meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi
pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih menarik.
2. Akan
meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan
siswa.
3. Konselor
akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan.
4. Akan
memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email.
5. Tidak
akan memunculkan kebosanan.
6. Dapat
ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website.
7. Terdapat
pengaturan yang baik.
Selain penggunaan internet seperti yang telah
diuraikan di atas, dapat dipergunakan pula software seperti microsoft power point.
Software ini dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara
lebih interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan
mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak membosankan. Program
software power point memberikan kesempatan bagi konselor untuk memberikan
sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi. Melalui program ini, yang
ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan,
tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang menarik yang
tersedia dalam program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula
memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang
akan dicapai menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar yang disajikan melalui program power
point tidak statis seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP).
Konselor dapat memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor bisa
melakukan insert gambar-gambar yang ada di sebuah film.
Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses
bimbingan dan konseling di kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan
ini seringkali dipergunakan oleh konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku
tertentu. Perilaku-perilaku yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan
oleh konselor untuk merubah perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid &
Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002). Dalam proses pendidikan
konselor pun, penggunaan video modeling ini juga dipergunakan untuk
meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan dikembangkan bagi
calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam Baggerly, 2002).
Sebelum VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang
konselor sebaiknya memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang
alasan ditayangkannya sebuah film. Hal ini sangat penting, sebab dengan
memiliki gambaran dan tujuan film tersebut ditayangkan, maka siswa akan
memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film selesai ditayangkan, maka
konselor meminta siswa untuk memberikan tanggapan terhadap apa yang telah
mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana
klien berpikir dan bersikap, yang kemudian diharapkan akan dapat merubah
perilaku klien atau siswa.
Kelebihan lainnya dalam pemberian layanan Bimbingan
dan Konseling dengan menggunakan media internet adalah dapat melintasi jarak
dan waktu; serta klien dapat mengakses data yang dibutuhkan dengan cepat.
C.
Macam-macam Media dalam Bimbingan dan
Konseling
Ada beberapa jenis media
dalam program BK yaitu:
1.
Media untuk menyampaikan informasi
2.
Media sebagai alat ( pengumpul data dan
penyimpan data)
3.
Media sebagai alat bantu dalam memberikan group information
4.
Media sebagai Biblioterapi
5.
Media sebagai alat menyampaikan laporan
Berikut merupakan beberapa contoh media diantara adalah :
1.
Media untuk menyampaikan informasi :
Selebaran, leaflet, booklet, dan papan bimbingan.
2.
Media sebagai alat ( pengumpul data dan
penyimpan data)
a.
Media Pengumpul data seperti: angket,
pedoman wawancara, lembaran observasi berupa anekdo record, daftar cek, skala
penilaian, mekanikal device, camera, tape, daftar cek masalah, lembar
isian pilihan teman (semua dapat dibuat sendiri kecuali mekanikal device,
camera, tape).
b.
Media penyimpan data seperti: kartu
pribadi, buku pribadi, map, disket, folder, filing cabinet, almari, rak dll.\
3.
Media sebagai alat bantu dalam memberikan
group information.
a.
Media auditif : radio, tape
b.
Media visual : gambar, foto, tranparansi, lukisan, dll
c.
Media audio visual : film yang ada suaranya.
4.
Media sebagai Biblioterapi. Buku-buku,
majalah, komik (yang penting di dalamnya berisi cara-cara atau tips) misalnya
cara beternak ayam, cara cepat membaca Alquran, cara mengatasi rendah diri,
cara meningkatkan motivasi belajar, dan beberapa buku yang berisi cara-cara
atau tips lainnya.
5.
Media sebagai alat menyampaikan laporan.
Berupa laporan kegiatan BK. Laporan bisa mingguan, bulanan, semesteran dan
tahunan.
Dengan demikian Media BK dapat berperan di dalam
pelaksanaan kegiatan program layanan bimbingan dan konseling sebagai alat bantu
dalam melaksanakan berbagai kegiatan bimbingan dan juga kegiatan
konseling individu maupun konseling kelompok.
Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya
harus relevan dengan tujuan layanan dan isi layanan. Hal ini mengandung makna
bahwa penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling harus melihat
kepada tujuan penggunaannya dan memiliki nilai dalam mengoptimalkan
layanan yang diberikan kepada siswa. Oleh karena itu dengan penggunaan
media dalam layanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan
kualitas proses layanan bimbingan dan konseling.
D.
Urgensi pengembangan media dalam bimbingan
dan konseling
Teknologi
informasi dan komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan, peran
teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar.
Teknologi informasi telah menjadi fasilitas bagi kegiatan berbagai sektor
kehidupan, dan telah menyentuh layanan bimbingan dan konseling. Teknologi
informasi dalam layanan bimbingan dan konseling masuk kepada dukungan system
bimbingan dan konseeling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu
(siswa), dilaksanakan melalui berbagai macam layanan.Layanan tersebut saat ini,
pada saat jaman semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap
muka secara langsung, tapi juga bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi
informasi yang ada. Tujuannya adalah tetap memberikan bimbingan dan konseling
dengan cara-cara yang lebih menarik,interaktif, dan tidak terbatas tempat,
tetapi juga tetap memperhatikan azas-azas dan kode etik dalam bimbingan dan
konseling.
Urgensi
bimbingan dan konseling mengacu pada perkembangan serta kemajuan teknologi yang
mutakhir, salah satunya ialah penggunaan alat atau media komunikasi serta
informasi elektronik baik secara online maupun offline. Penggunaan media
teknologi yang mutakhir akan senantiasa merubah gaya serta penerapan bimbingan
dan konseling yang konvensional. Sebagaimana tujuan dari kemajuan teknologi
yaitu untuk mengefisienkan atau mempermudah akses informasi, maka penerapannya
dalam bimbingan dan konseling juga mengacu pada cara yang sama tanpa mengubah
konteks dari bimbingan dan konseling tersebut.
Alat-alat
atau media dalam akses informasi di era global ini sangat beragam dan mutakhir,
seperti telepon selular, komputer, internet dan media lainnya yang langsung
atau online ataupun yang tidak langsung atau offline. Maka semua media
teknologi informasi tersebut akan mempermudah akses pemberian bantuan terhadap
individu jika dimanfaatkan secara tepat guna dan terlatih. Oleh karena itu, profesional
di bidang bimbingan dan konseling yang selanjutnya disebut dengan konselor,
dituntut untuk dapat menggunakan serta terlatih dalam penggunaan dan penerapan
konseling melalui media teknologi.
Sebagaimana
upaya bimbingan dan konseling yaitu memfasilitasi konseli, maka penggunaan
teknologi informasi atau media elektronik penunjang proses konseling akan
sangat dibutuhkan agar konseli dapat memanfaatkan layanan bimbingan dan
konseling secara efisien serta tidak terkesan ketinggalan zaman. Jika layanan
bimbingan konseling masih menerapkan cara-cara konvensional dalam era teknologi
yang semakin maju, maka layanan tersebut akan ditinggalkan oleh konseli yang
akan mengakibatkan degradasi moral serta ketidakmampuan konseli dalam
memecahkan serta mengoptimalkan tugas perkembangan yang harus dilaluinya secara
mandiri. Maka jika hal tersebut terjadi, akan banyak individu yang mengalami
kesulitan dalam pemahaman diri dan akan cenderung masuk ke dalam zona kebebasan
yang kebablasan tanpa adanya bimbingan yang bersifat mengembangkan kepribadian
yang sehat.
Maka
dari hal tersebut, penerapan atau pemanfaatan teknologi informasi dalam
bimbingan dan konseling menjadi suatu urgensi tersendiri dalam penyesuaian
kondisi zaman atau era yang sangat global. Salah satu yang menjadi pertimbangan
perlunya bimbingan dan konseling menyesuaikan terhadap era yang global serta
serba teknologi tersebut, yaitu pertimbangan dampak dari era globalisasi itu
sendiri. Seperti diketahui, bahwa kemajuan teknologi informasi yang tidak
dimanfaatkan secara tepat akan memicu timbulnya dampak negatif dari penggunaan
teknologi informasi tersebut. Maraknya penyalahgunaan teknologi informasi salah
satunya internet yaitu beredarnya pornografi yang tanpa batas atau tayangan
tayangan kekerasan yang tidak pantas untuk disaksikan terutama oleh para remaja
dan anak-anak. Ketika hal tersebut kian marak karena terlalu bebasnya akses
informasi tanpa ada bimbingan, maka akan merusak generasi muda juga akan muncul
degradasi mental remaja dari dampak tersebut. Oleh karena itu, dalam hal inilah
bimbingan dan konseling berperan sebagai pembimbing untuk mencegah hal
tersebut. Tindakan preventif melalui kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
para remaja dalam hal penyalahgunaan teknologi informasi, akan menjadi suatu batasan
internal terhadap remaja menghadapi kebebasan tanpa batas di dunia maya. Maka
dari itulah layanan bimbingan dan konseling yang menyesuaikan dengan kondisi
zaman yang mutakhir dan global, menjadi sangat penting dan diperlukan dalam
membangun kualitas kehidupan generasi muda yang terhindar dari dampak negatif
arus informasi yang tak berbatas.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Analisis Teoris
Dengan
bermacam teori yang ada didalam pembahasan kami sependapat dengan Yuliani
Nurani Sujiono (2005) yang menyatakan bahwa Media adalah:” segala sesuatu yang dapat
dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian dan
kemampuan anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar
pada anak”. Jadi dengan adanya media dapat mempermudah proses pembelajaran dan
menarik minat siswa untuk belajar. Contohnya disekolah disediakan komputer dan
jaringan internet sehingga dapat merangsang minat siswa untuk mencari informasi
dan pengetahuan yang lebih luas. Dan bagi guru BK dapat lebih kreatif dalam
mencari materi yang menarik untuk disampaikan kepada siswa.
Seharusnya
pemerintah hendaknya memfasilitasi setiap sekolah dengan peralatan penunjang
berlangsungnya proses pembelajaran BK. Namun masih ditemukan sebagian
sekolah-sekolah yang kekurangan media pendukung pembelajaran BK, sehingga dalam
penyampaian materi guru BK terkesan monoton.
B.
Analisis Praktis
Analisi
praktis merupakan sebuah penerapan teori dilapangan. Dari sekian banyak sekolah
salah satu yang kami observasi adalah SMPN 7 Singkawang, disana kami menemukan
media-media BK yang digunakan dalam proses pembelajaran dan konseling,
diantaranya komputer, proyektor, brosur, buku bacaan tentang konseling, poster,
mading.
Di
SMPN 7 Singkawang untuk penerapan media BK sudah cukup terpenuhi, walaupun
masih ada kekurangan media-media pendukung. Ini dikarenakan anggaran yang
kurang untuk pemenuhan semua media yang dibutuhkan. Meskipun terdapat keterbatasan media pendukung namun para guru
BK yang terdiri 4 orang ini menyikapinya dengan sekreatif mungkin.
LAPORAN
HASIL OBSERVASI
Nama
Guru BK : Nely Seprianti,S.Pd
Lokasi
Observasi : SMPN 7 Singkawang
Hal : Wawancara mengenai media bk
yang dibutuhkan siswa dan guru disekolah
Setelah melakukan wawancara terhadap guru Bk di SMPN 7
Singkawang mengenai media bk , telah diketahui terdapat beberapa media yang
digunakan diantaranya : media yang digunakan didalam kelas yaitu infocus,laptop
dan power point sedangkan media yang digunakan didalam ruangan Bk yaitu mading,
buku, dan brosur. Selanjutnya dengan telah diketahuinya apa saja media yang
terdapat disekolah tersebut ternyata menurut guru Bk masih terdapat media yang
kurang terpenuhi salah satunya infocus , menurut pengakuan beliau ini menjadi
salah satu penghambat dalam memberikan layanan kepada siswa dikelas karena
tidak semua kelas memiliki proyektor , jadi penggunaannya harus bergantian.
Untuk media yang diperlukan siswa itu tergantung pada gurunya , karena guru
sebagai fasilitator . Dan guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pemberian
layanan dengan fasilitas seadanya. Disekolah tersebut terdapat kurang lebih 700
siswa dan 4 guru BK. Menurut koordinator BK 4 guru Bk cukup menangani semua
siswa disekolah tersebut. Ketika ditanya adakah kesulitan yang didapat saat
menangani semua siswa , menurut beliau “ Mau tidak mau harus dijalani, dan
disikapi agar semua siswa mendapatkan layanan”.
Dan setelah diamati pada ruangan BK
cukup memenuhi syarat ideal karena memiliki ruang konseling, bimbingan
kelompok, ruang kerja dan ruang tamu yang terpisah dan cukup nyaman saat
melakukan proses konseling. Pada awalnya disekolah tersebut memiliki 2 jam
masuk kelas setiap minggu, dengan diterapkannya K13 maka jam masuk berkurang
menjadi 1 jam pelajaran karena dibagi dengan pelajaran TIK dimana pelajaran ini
dianggap setara dibidang layanan.
Lampiran
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian media dalam bimbingan konseling sebagai hal
yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor)
melaksanakan program BK. Namun dalam perkembanganya Media BK tidak sebatas
untuk perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program
BK tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat
digunakan dalam melaksanakan program BK.
DAFTAR
PUSTAKA
Alssid &
Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002
Koch
& Dollarhide, 2000, dalam Baggerly, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar